sunyi sekali, sudah tak ada lagi suara kaki diluar rumah..
aku masih duduk sambil sesekali melihat pintu..
kuharap seseorang membukanya dari luar
rasa kantuk mulai datang, tapi belum juga dia pulang..
sudah biasa ia pulang selarut ini, sudah biasa pula aku tertidur saat menunggunya
tapi.... malam ini petir menggelegar dengan seramnya
mungkin akan turun hujan...
biar kutunggu sampai ia pulang dan jika ia kehujanan biar kukeringkan badannya supaya ia tak sakit..
ah lama sekali, dalan hati ku bergumam
seketika itu gerimis mulai turun..
dan terbanglah ingatanku pada saat itu,
saat kupikir pria sepertinya takkan berbuat banyak untukku..
tapi saat kutolak cintanya ia tersenyum,
saat itu pula aku jatuh pada jiwanya
dia bilang, tolaklah terus hingga aku layak kau terima..
ia terus terbang dalam benakku, dan mengukir namanya dihatiku..
ia lakukan semuanya sendiri tanpa mauku..
aku mulai hanyut dalam lamunanku tanpa sadar yang kutunggu telah pulang..
dia tersenyum menatapku dengan jaket kulit basah kuyup..
aku tersadar dan kuambil handuk untuk menyekanya tapi ia lebih dulu menyeka air mataku..
ini air mata bahagia kan? katanya sambil tersenyum..
dalam lelah dia terus membuatku bahagia
terlalu banyak cinta yg ia beri
tapi aku hanya sanggup menunggunya hingga larut...
menyajikan makan, mencucikan pakain, dan menyeduhkan secangkir kopi untuknya..
dia selalu bilang, ini lebih dari cukup istriku...
bahkan dunia dan seisinyapun tak bisa buatku sabahagia ini..