Rabu, 21 Oktober 2015

Yang tersederhana

angin malam menyeruak dari lubang kecil diatas jendela,
sunyi sekali, sudah tak ada lagi suara kaki diluar rumah..
aku masih duduk sambil sesekali melihat pintu..
kuharap seseorang membukanya dari luar
rasa kantuk mulai datang, tapi belum juga dia pulang..

sudah biasa ia pulang selarut ini, sudah biasa pula aku tertidur saat menunggunya
tapi.... malam ini petir menggelegar dengan seramnya
mungkin akan turun hujan...
biar kutunggu sampai ia pulang dan jika ia kehujanan biar kukeringkan badannya supaya ia tak sakit..

ah lama sekali, dalan hati ku bergumam
seketika itu gerimis mulai turun..
dan terbanglah ingatanku pada saat itu,
saat kupikir pria sepertinya takkan berbuat banyak untukku..
tapi saat kutolak cintanya ia tersenyum,
saat itu pula aku jatuh pada jiwanya
dia bilang, tolaklah terus hingga aku layak kau terima..
ia terus terbang dalam benakku, dan mengukir namanya dihatiku..
ia lakukan semuanya sendiri tanpa mauku..

aku mulai hanyut dalam lamunanku tanpa sadar yang kutunggu telah pulang..
dia tersenyum menatapku dengan jaket kulit basah kuyup..
aku tersadar dan kuambil handuk untuk menyekanya tapi ia lebih dulu menyeka air mataku..

ini air mata bahagia kan? katanya sambil tersenyum..
dalam lelah dia terus membuatku bahagia
terlalu banyak cinta yg ia beri
tapi aku hanya sanggup menunggunya hingga larut...
menyajikan makan, mencucikan pakain, dan menyeduhkan secangkir kopi untuknya..
dia selalu bilang, ini lebih dari cukup istriku...
bahkan dunia dan seisinyapun tak bisa buatku sabahagia ini..


Senin, 19 Oktober 2015

Cerita Cinta Sang Pujangga

Pagi sudah kusuakan padanya yg terindah..
Bunga diladang tetangga sudah pula habis kupersembahkan padanya..
Bibir inipun rasanya telah kering memanggil namanya..
Hati ini memang lapang, tapi sudah penuh dengan rasa cinta biruku untukmu..
Tidakkah kau ingat, bahkan ribuan rintik hujan yg kita saksikan bersama sore itu terlalu sedikit untuk menggambarkan rasa itu..
Dalam hening yg menyapaku setiap malam selalu menggodaku untuk mengarahkan jalan pikiranku padamu..
Ada begitu banyak bintang malam ini, tapi tak satupun yg seberkilau matamu..
Tak banyak yg kuminta darimu..
Hanya senyum tulus yang sejuk, sesejuk tetes pertama yg turun dari langit..

Minggu, 18 Oktober 2015

Balada Malam hari


Malam itu hanya gerimis kecil..
Ibu memandu langkahku pergi
Dia tersenyum, tapi ada peluh yg menuruni pipinya yg hampir keriput..
Berat memang meninggalkannya sendiri digubuk sendu itu
Sudah kutahan pula air yg hampir keluar dari persembunyiannya
Kubalik bandanku dan berlalu sembari menyeka air mataku..
Supaya si ibu sedikit percaya bahwa aku juga kuat

Ayah tak mungkin kembali, sudah tak ada lagi yg bisa Ibu jual untuk kumakan..
Tak bisa lagi pula aku menahan perih melihatnya terus meringkih
Semakin hari semakin tua tapi aku belum bahagiakan dia

Jadi kuputuskan pergi,
Sebentar saja bu.. tunggulah dirumah..
Jangan paksa tubuh rentamu itu untuk terus memecah terik siang hari
Darahmu ini masih mengalir ditubuhku
Sudah pasti aku pulang untukmu..
Tapi jika aku sedikit lama, jangan menangis ibu
Jika hanya uangku yg pulang tersenyum sajalah ibu..
Tuhan pasti punya cerita lain untuk kita..
Sampai jumpa ibuku..

Vina fauzyana

Senin, 12 Oktober 2015

Puisi Buya Hamka


 

Nikmat Hidup

Setelah diri bertambah besar
di tempat kecil tak muat lagi,
Setelah harga bertambah tinggi
orang pun segan datang menawar,

Rumit beredar di tempat kecil
kerap bertemu kawan yang culas,
Laksana ombak di dalam gelas
diri merasai bagai terpencil,

Walaupun musnah harta dan benda
harga diri janganlah jatuh,
Binaan pertama walaupun runtuh
kerja yang baru mulailah pula,

Pahlawan budi tak pernah nganggur
khidmat hidup sambung bersambung,
Kadang turun kadang membumbung
sampai istirahat di liang kubur,

Tahan haus tahanlah lapar
bertemu sulit hendaklah tenang,
Memohon-mohon jadikan pantang
dari mengemis biar terkapar,

Hanya dua tempat bertanya
pertama tuhan kedua hati,
Dari mulai hidup sampai pun mati
timbangan insan tidaklah sama,

Hanya sekali singgah ke alam
sesudah mati tak balik lagi,
Baru rang tahu siapa diri
setelah tidur di kubur kelam,

Wahai diriku teruslah maju
di tengah jalan janganlah berhenti,
Sebelum ajal, janganlah mati
keridhaan Allah, itulah tuju,

Selama nampak tubuh jasmani
gelanggang malaikat bersama setan,
Ada pujian ada celaan
lulus ujian siapa berani,

Jika hartamu sudah tak ada
belumlah engkau bernama rugi,
Jika berani tak ada lagi separuh kekayaan porak poranda,
Musnah segala apa yang ada

jikalau jatuh martabat diri,
Wajah pun muram hilanglah seri
ratapan batin dosa namanya,
Jikalau dasar budimu culas

tidaklah berubah kerana pangkat,
Bertambah tinggi jenjang di tingkat
perangai asal bertambah jelas,
Tatkala engkau menjadi palu

beranilah memukul habis-habisan,
Tiba giliran jadi landasan
tahanlah pukulan biar bertalu,
Ada nasihat saya terima

menyatakan fikiran baik berhenti,
sebablah banyak orang membenci
supaya engkau aman sentosa,
Menahan fikiran aku tak mungkin

menumpul kalam aku tak kuasa,
Merdeka berfikir gagah perkasa
berani menyebut yang aku yakin,
Celalah saya makilah saya

akan ku sambut bertahan hati,
Ada yang suka ada yang benci
hiasan hidup di alam maya